Lima imigran gelap dari Republik Dominika terpaksa makan mayat teman seperjalanan untuk bertahan hidup selama 15 hari di tengah laut. Mereka selamat, sementara 28 penumpang lainnya tewas. Kapal kayu sepanjang 9 meter itu membawa 33 penumpang, termasuk kapten dan seorang awak kapal, menuju Puerto Rico. Gregorio Maria Marizan (31 tahun) salah satu penumpang, menuturkan bahwa mereka berangkat dari kota pelabuhan Sanchez, Republik Dominika 17 Oktober 2008. Marizan ikut bersama dua adiknya, Saulo dan Emmanuel.
Mereka ingin mencari penghidupan yang lebih baik di wilayah AS itu. Mereka harus melayari rute sejauh 254 km dan menyeberangi Laut Karibia. Waktu berangkat, cuaca sangat bagus dan laut pun tenang. Namun, setelah satu setengah hari perjalanan dua mesin kapal rusak. Para penumpang mulai berselisih. Ada yang ingin pulang, yang lain ingin meneruskan perjalanan. Kapten kapal menolak pulang karena takut ditangkap polisi Dominika.
Perjalanan yang seharusnya hanya dua hari itu, kata Marizan, molor. Keadaan semakin parah ketika gelombang laut justru menjauhkan mereka yang dari tujuan semula. Hari keenam satu per satu penumpang meninggal, termasuk Emmanuel. Di malam ketujuh, kapten kapal menghilang, entah berenang mencari pertolongan atau dibuang ke laut oleh penumpang.
Selama delapan hari terkatung di tengah laut, 28 orang meninggal. Tidak ada secuil pun makanan di kapal itu, dan tiap penumpang yang tersisa seolah menunggu giliran. “Kami harus menunggu 10-15 menit setelah mereka meninggal, lalu melemparkannya ke laut,” tutur pria yang berprofesi sebagai nelayan itu dari ranjang di rumah sakit.
Pada hari ke-14, lapar semakin tak tertahan. Satu penumpang lagi tewas, sehingga tinggal lima yang bertahan. Kali ini mayat itu tidak dibuang. Marizan memutuskan untuk memakan dagingnya untuk menyambung hidup. “Di kulitnya ada lemak kuning setebal sekitar setengah inci, baru setelah itu ada serat,” ungkap Marizan.
Keadaan waktu itu tidak memberi pilihan lain, karena dua minggu hanya minum air hujan. “Kami memotongnya dari kaki dan dada. Kami potong sedikit demi sedikit dan menelannya seperti menelan obat. Kami harus memakannya agar bertahan hidup,” kata Marizan.
Mayat itu benar-benar menyelamatkan mereka. Sehari berikutnya, Sabtu (1/11), di dekat Kepulauan Turks dan Caicos, satuan penjaga pantai AS menyelamatkan mereka, yaitu Maria sendiri, adiknya Saulo, seorang ayah dan anaknya serta seorang perempuan. Sayangnya perempuan itu meninggal setelah tiba di rumah sakit.
“Benar-benar sebuah keajaiban. Saya hanya berdoa agar satu atau dua orang dari kami bisa selamat untuk menceritakan semua ini,” kenang Marizan lagi.
“Empat orang lainnya mengalami dehidrasi dan kakinya bengkak. Tapi mereka akan sembuh dalam waktu dekat,” kata Menteri Pariwisata Rep Dominika Francisco Javier Garcia.
Marizan mengaku, dia dan penumpang lainnya tergiur tawaran kapten kapal yang bernama Fracisco Soler untuk diselundupkan ke Puerto Rico menggunakan kapalnya. “Dia bilang saya hanya perlu bayar satu untuk tiga orang,” cerita Marizan.
Tawaran '3 in 1' itu sangat menggiurkan karena tarif normal adalah 1.800 dolar AS (Rp 19,6 juta) per orang sekali jalan. Jumlah itu setara dengan gaji setahun bagi sebagian besar penduduk Republik Dominika. Korban selamat lain bahkan mengaku menggadaikan rumah untuk ikut perjalanan maut itu.
Terimpit tekanan ekonomi dan harus membiayai tiga anaknya yang berusia 7, 6, dan 4 tahun, Marizan mengiyakan ajakan Soler. “Di sana saya bisa mendapat penghasilan lebih baik dan mengirim uang untuk keluarga,” pikirnya ketika itu.
Kata kanibal berasal dari bahasa suku India Barat. Berdasarkan catatan Christopher Columbus, penduduk Karibia diketahui sebagai pemakan daging manusia. Namun catatan penemu benua Amerika itu tidak bisa dibuktikan.
Suku Aztec juga diyakini mempraktikkan kanibalisme sebagai bagian dari ritual keagamaan. Yang menjadi korban biasanya tawanan perang. PBB pernah menuduh kelompok pemberontak di Republik Demokratik Kongo memakan daging musuhnya.
Pada tahun 1972 pesawat yang mengangkut tim rugby Uruguay jatuh di pengunungan Andes. Yang masih hidup berusaha bertahan dengan memakan daging teman-teman mereka yang tewas. Pada tahun 1920-an, seorang pria Amerika bernama Albert Fish yang dijuluki Bogeyman membunuh dan memakan sejumlah anak.
Sumber
- Kompas
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment